Jumat, 09 Oktober 2009

KAJIAN TERHADAP DEFINISI TEKNOLOGI PENDIDIKAN DAN TEKNOLOGI KINERJA


1.1 Pengertian Teknologi Pendidikan

Teknologi pendidikan merupakan perpaduan dari unsure manusia, mesin, ide, prosedur, dan pengelolaannya (Hoba,1977). Karena teknologi hadir untuk memecahkan permasalahan manusia, maka teknologi juga dapat dipandang sebagai suatu produk atau proses (Sadiman, 1993). Dari pandangan tersebut, dapat dipahami bahwa teknologi pendidikan adalah suatu proses yang kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari jalan untuk mengatasi permasalahan, melaksanakan, menilai, dan mengelola pemecahan masalah tersebut yang mencakup semua aspek belajar manusia (AECT,1977).

Teknologi pendidikan adalah satu bidang/disiplin dalam memfasilitasi belajar manusia melalui identifikasi, pengembangan, pengeorgnasiasian dan pemanfaatan secara sistematis seluruh sumber belajar dan melalui pengelolaan proses kesemuanya itu (AECT,1972)


dengan cara menciptakan, menggunakan atau memanfaatkan, dan mengelola proses dan sumber-sumber teknologi yang tepat. Jelas, tujuan utamanya masih tetap untuk memfasilitasi pembelajaran (agar efektif, efisien dan menarik/joyfull) dan meningkatkan kinerja(AECT, 2004)

Dari pengertian-pengertian di atas, jelaslah bahwa teknologi pendidikan lahir karena adanya masalah dalam bidang pendidikan. Masalah yang dihadapi pendidikan di negara kita khususnya meliputi empat hal, yaitu:

1. Relevansi. Berkaitan dengan filosofis(disebabkan perbedaan filosofi), epist (menyangkut relevansi dengan IPTEK), psikologis/perkembangan(berhubungan dengan tingkat perkembangan anak),dan social (berkaitan dengan kebutuhan masyarakat)
2. Mutu. Menyangkut kualitas/taraf/hasil yang dihasilkan pendidikan kita belum sepenuhnya sesuai dengan apa yang diharapkan dan diperlukan.
3. Pemerataan. Masalah pemerataan menyangkut masih belum terjadi pemerataan kesempatan baik dalam jumlah, jarak, maupun tempat serta pemerataan mutu(masih terjadinya disvariditas/perbedaan)
4. Efisiensi dan efektivitas. Permasalahan efisiensi dapat dibedakan menjadi efisiensi eksternal dan internal. Yang dimaksud dengan efisiensi internal misalnya saja masih kurangnya pemanfaatan sumber daya yang tersedia seperti lab atau perpustakaan secara optimal. Sedangkan yangdimaksud dengan permasalahan efisiensi eksternal adalah tidak sinkronnya hubungan antara usaha yang dilakukan dengan hasil yang dicapai dalam pendidikan tersebut.

Dalam teknologi pendidikan, terdapat tiga prinsip dasar yang dijadikan acuan dalam pengembangannya yaitu pendekatan system, berorientasi pada mahasiswa, dan pemanfaatan sumber belajar(Sadiman,1984)

1.2 Aplikasi Teknologi Pendidikan

Secara umum aplikasi teknologi pendidikan akan mampu :

1. menyebarkan informasi secara meluas, seragam dan cepat.
2. membantu, melengkapi dan (dalam hal tertentu) menggantikan tugas guru.
3. dipakai untuk melakukan kegiatan instruksional baik secara langsung maupun sebagai produk sampingan.
4. menunjang kegiatan belajar masyarakat serta mengundang partisipasi masyarakat.
5. menambah keanekaragaman sumber maupun kesempatan belajar.
6. menambah daya tarik untuk belajar.
7. membantu mengubah sikap pemakai.
8. mempengaruhi pandangan pemakai terhadap bahan dan proses.
9. mempunyai keuntungan rasio efektivitas biaya, bila dibandingkan dengan sistem tradisional. (Miarso, 1981)

Jika semula teknologi pendidikan (dalam arti yang sangat terbatas) dipandang hanya berperan pada taraf pelaksanaan kurikulum di kelas, konsepsi baru menghendaki teknologi pendidikan sebagai masukan (input) bahkan sejak tahap perencanaan kurikulum. Dengan demikian sudah sejak perencanaan kurikulum harus pula dikaji dan ditentukan bentuk teknologi pendidikan yang akan diterapkan.

Pemilihan teknologi dalam pendidikan akan membuka kemungkinan untuk lahirnya berbagai alternatif bentuk kelembagaan baru yang menyediakan fasilitas belajar, disamping dapat melayani segala bentuk lembaga pendidikan yang telah ada Misalnya kemungkinan bagi suatu bentuk sekolah terbuka yang fasilitas dan tata belajarnya berbeda sekali dengan sekolah konvensional, tetapi dengan hasil (output) yang sama.

Serangkaian kriteria pemanfaatan teknologi dalam pendidikan, antara lain: harus dijaga kesesuaiannya (kompatibilitas) dengan sarana dan teknologi yang sudah ada, dapat menstimulasikan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, serta mampu memacu usaha peningkatan mutu pendidikan itu sendiri.

Dengan demikian, adanya penerapan suatu teknologi dalam pendidikan akan sangat mungkin terjadi perubahan besar-besaran dalam interaksi belajar mengajar antara sumber-sumber belajar dengan pelaku belajar. Salah satu kemungkinan perubahan tersebut adalah penerapan dan perubahan teknologi informasi dalam pendidikan.

1.3 Kontribusi Teknologi Pendidikan dalam Pembangunan Pendidikan

Teknologi pendidikan telah berkembang sebagai suatu disiplin keilmuan yang berdiri sendiri. Perkembangan tersebut dilandasi oleh serangkaian kaidah atau dasar yang dijadikan patokan pembenaran. Secara falsafi, dasar keilmuan itu meliputi : ontologi atau rumusan tentang obyek formal atau pokok telaah yang merupakan gejala pengamatan yang tidak tergarap oleh bidang telaah lain; epistemologi yaitu usaha atau prinsip intelektual untuk memperoleh kebenaran dalam pokok telaah yang ditentukan; dan aksiologi atau nilai-nilai yang menentukan kegunaan dari pokok telaah yang ditentukan, yang mempersoalkan nilai moral atau etika dan nilai seni dan keindahan atau estetika. (Miarso,2004)

Obyek formal teknologi pendidikan adalah belajar pada manusia. Belajar itu sendiri dapat diartikan sebagai perubahan pada diri seseorang atau suatu lembaga yang relatif menetap dan berkembang dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan, yang disebabkan karena pemikiran dan pengalaman. Belajar itu terjadi dimana saja, kapan saja, apa saja, dari apa atau siapa saja, dan dengan cara bagaimana saja.

Paling tidak ada lima konsep dalam teknologi pendidikan yang telah terintegrasi dalam sistem pendidikan dan tertuang dalam Undang-undang Sisdiknas dan turunannya. Ke lima konsep itu adalah : 1) pembelajaran yang berfokus pada peserta didik; 2) sumber belajar yang beraneka; 3) pendekatan dari bawah (bottom-up approaches) dalam mengelola kegiatan belajar dan implikasinya dalam satuan pendidikan; 4) sistem pendidikan terbuka dan multi makna; dan 5) pendidikan jarak jauh. (Miarso,2004)

2. Teknologi Kinerja

2.1 Pengertian Teknologi Kinerja

Pada prinsipnya Instruksional adalah mencapai hasil yang effektif dan efficient yang sangat berkorelasi positip terhadap Teknologi Kinerja.

Berikut ini definisi Teknologi Kinerja dari beberapa pakar :

Nickols (1977, p. 14) mengatakan bahwa performance sebagai hasil sebuah tingkah laku”. Tingkah laku adalah aktifitas individu sedangkan akibat-akibat dari tingkah laku adalah cara-cara dimana lingkungan individu bereaksi dan ini berbeda berdasarkan hasil dari tingkah lakunya.”

Gilbert (1974) , menyamakan kinerja dengan prestasi-prestasi yang dicapai.

Ryle (1949) yang menggunakan istilah prestasi (achievement), dimana dia menggunakannya untuk melihat efek-efek prilaku yang berkaitan pada makna kinerja (performance). Akibatnya, prestasi itu dinilai oleh sistem, prestasi-prestasi- ini yang terkait dengan HPT. istilah ini sering digunakan dalam mengarahkan pada prosedur-prosedur penerapan yang berasal dari penelitian ilmiah dan pegalaman para pelaksana dalam memecahkan beberapa masalah di lapangan (Clark dan Sugrue, 1990; Hawkridge, 1976; Stolovitch dan LaRocque, 1983).

HPT adalah salah satu dari berbagai keturunan teori sistem umum, yang digunakan oleh beberapa organisasi. Sistem dianggap sebagai “ sebuah sekelompok kompleks manusia dan mesin dimana dari keseluruhannya terdapat tujuan yang sama.” (Checkland, 1972, p. 91).

Menurut Ainsworth (1979, p. 5), “ sebuah landasan dasar dari HPT adalah sebuah hasil yang signifikan- menemukan dengan benar, tujuan-tujuan kinerja yang berguna dan menyatakannya dalam istilah yang mudah dipahami.” Interversi-interversi yang tepat dirancang untuk merubah, dan ini diawasi dan dimodifikasi sampai sistem itu mencapai standar kinerja yang diharapkan.

HPT juga membawa sejumlah asumsi dan atribut. Ini sudah dinyatakan oleh Geis (1986). Berikut ini adalah poin-poin pentingnya:

1. Teknologi kinerja manusia sah menurut hukum dan sering diprediksi dan diawasi.
2. ilmu tentang prilaku manusia sangat terbatas, oleh karena itu HPT harus bergantung pada pengalaman dan penelitian para ilmuwan.
3. HPT berasal dari beberapa penelitian yang dilakukan pada saat menghasilkannya.
4. HPT adalah hasil dari sejumlah sumber ilmu: cyber netika tingkah laku, psikologi, ilmu komunikasi, ilmu infomasi, ilmu sistem, ilmu managemen, dan yang akhir-akhirnya sedang marak yaitu ilmu kognitif.
5. HPT tidak diakui pada beberapa sistem pengiriman tidak juga dibatasi pada golongan tertentu dan area tertentu. Ini dapat digunakan pada setiap kinerja manusia, tapi biasanya lebih banyak digunakan dalam suatu organisasi dan dunia kerja.
6. HPT bersifat empiris. Ini mebutuhkan sebuah pembuktian sebagai hasil dari analisa dan usaha-usaha intervensi.
7. HPT bersifat mengembangkan. Berdasarkan prinsip-prinsip dasarnya, namun demikian ini memperbolehkan sejumlah ruang untuk inovasi dan kreatifitas.
8. Walaupun teknologi kinerja tidak memiliki pondasi teoritis tentang dirinya, -teori- dan -pengalaman- yang memandunya dibentuk oleh data-data empiris yang terakumulasi sebagai hasil praktek yang telah didokumentasikan secara sistematis.Dalam beberapa cara, HPT membagi atribut-atributnya dengan bidang lainnya (managemen, pengembangan organisasi, kesehatan, dan psikiater).

Sejumlah pengarang berusaha untuk menjelaskan makna teknologi kinerja. Beberapa dari mereka telah menekankannya dalam proses dan metode-metode yaitu: “teknologi kinerja adalah sekumpulan metode dan proses untuk menyelesaikan masalah atau memberdayakan kesempatan yang berhubungan dengan kinerja seseorang. Ini dapat digunakan pada individu, kelompok kecil, atau organisasi besar ( National Society Of Performance And Instruction Citied In Rosenberg, 1990, p.46).

Untuk Benefit dan Tate (1990) “ Teknologi kinerja [manusia] adalah proses sistematis dalam mengidentifikasikan kesempatan pengembangan kinerja, standar peraturan kinerja, strategi pengidentifikasian pengembangan kinerja, analisa keuntungan dalam berkinerja”.

untuk Jacobs (1998 p.6-7) “ teknologi kinerja manusia menghadirkan manfaat dari pendekatan sistem dalam sejumlah bentuk yang berbeda tergantung pada masalah yang dihadapi dan aktifitas profesional yang dibutuhkan.

Teknologi kinerja manusia adalah untuk meningkatkan modal manusia, yang dapat diperoleh sebagai produk waktu dan kesempatan, teknologi merupakan sekumpulan prosedur yang tertata rapi dan sesuai untuk mengubah potensi menjadi kapital (modal)”. (Gilbert, 1978. hal 11-12).

Menurut Harless (dikutip daari Geis,1986, hal. 1), “Teknologi kinerja manusia adalah sebuah proses seleksi, analisa, rancangan, pengembangan, penerapan, dan pengujian program-program berdasar pada yang paling efektif berpengaruh terhadap prilaku manusia dan prestasi-prestasinya.”

Rosenberg (1990, p 46) telah memikirkan tentang ini; “ Sistem pengembangan kinerja secara total sebenarnya adalah penggabungan dari analisis kinerja yang sistematik dengan intervensi sumber daya manusia yang menyeluruh. Dan ilmu yang menggabungkan semua sistem ini dikenal sebagai Teknologi Kinerja Manusia”.

Foshay dan Moller (liat bab 42) menekankan relevansi dan jarak dalam definisi mereka tentang Teknologi Kinerja Manusia, mereka melihat ini sebagai sesuatu yang terstruktur terutama oleh masalah-masalah Teknologi Kinerja Manusia di lingkungan dunia kerja dan yang tergambar dari setiap disiplin dengan kemampuan perspektif dalam memecahkan masalah didalam Teknologi Kinerja Manusia, yang dapat juda diterapkan di bidang lainnya.

2.2 Hubungan Teknologi Pendidikan dan Teknologi Kinerja

Antara teknologi pendidikan dan teknologi kinerja memiliki hubungan yang sangat erat. Teknologi Kinerja Manusia atau Human Performance Technology adalah merupakan bidang kajian dan profesi baru dalam bidang teknologi pendidikan.
Human performance technology didefinisikan sebagai, “pendekatan rekayasa untuk mencapai hasil yang diharapkan oleh orang dalam suatu organisasi sebagai performer”. Upaya untuk merekayasa ini bersifat sitematis, sistemik, dan ilmiah (scientific-based).

Intinya, teknologi kinerja mengkaji tentang upaya-upaya untuk meningkatkan kinerja dalam suatu organisasi melalui pendekatan yang sistematis, sistematis dan ilmiah. Permasalahan dianalisis dan diidentifikasi untuk kemudian berbagai solusi pemecahan masalah dirancang dan dikembangkan sedemikian rupa secara sistemik (holistik) untuk diimplementasikan, dievaluasi dan diperbaiki atau mungkin dimodifikasi dan bahkan diupdate/diganti secara terus menerus. Teknolog kinerja baik secara individu maupun tim lebih berperan sebagai konsultasn dan analist sistem yang bertugas dalam mendiagnosa masalah, mengidentifikasi akar masalah, menyusun strategi pemecahan masalah, melaksanakannya, mengevaluasi dan secara terus menerus memperbaikinya.

Teknologi kinerja yang lebih berbasis terapan (Geis, 1986) juga mengajukan perspektif alternatif lain dalam Teknologi Pembelajaran. Para teknololog kinerja cenderung mengidentifikasi kebutuhan bisnis dan tujuan organisasinya daripada tujuan belajar. Teknologi kinerja sebagai suatu pendekatan pemecahan masalah adalah suatu produk dari berbagai pengaruh teori seperti cybernetic, ilmu menajemen, dan ilmu kognitif (Geis, 1986).

Para teknolog kinerja tidak selalu merancang intervensi pembelajaran sebagai suatu solusi dalam memecahkan masalah. Teknolog kinerja akan cenderung memperhatikan peningkatan insentif, desain pekerjaan, pemilihan personil, umpan balik atau alokasi sumber sebagai intervensi.

Kekuatan teknologi pembelajaran memang terletak pada teknologi itu sendiri. Kemajuan dalam teknologi akan banyak merubah hakekat praktek dalam bidang teknologi pembelajaran. Teknologi telah memberikan prospek munculnya stimulus yang realistik, memberikan akses terhadap sejumlah besar informasi dalam waktu yang cepat, menghubungkan informasi dan media dengan cepat, dan dapat menghilangkan jarak antara pengajar dan pembelajar (Hannfin, 1992). Perancang yang terampil dan kreatif dapat menghasilkan produk pembelajaran yang dapat memberikan keunggulan dalam : (a) mengintegrasikan media; (b) menyelenggarakan pengemdalian atas pembelajar yang jumlahnya hampir tidak terbatas, dan bahkan (c) mendesain kembali untuk kemudian disesuaikan kebutuhan, latar belakang dan lingkungan kerja setiap individu.

Keseimpulan

Masalah-masalah pokok yang dihadapi pendidikan di Indonesia yang terpenting adalah mengenai : peningkatan mutu, pemerataan kesempatan pendidikan, dan relevansi pendidikan dengan pembangunan nasional. Demikian luas dan jauhnya jangkauan yang hendak dicapai oleh program pembangunan pendidikan kita, padahal di lain pihak sumbersumber yang tersedia bertambah terbatas dan langka.

Para pakar mendefinisikan teknologi pendidikan berdasarkan sudat pandang yang berbeda. Teknologi pendidikan adalah satu bidang/disiplin dalam memfasilitasi belajar manusia melalui identifikasi, pengembangan, pengeorgnasiasian dan pemanfaatan secara sistematis seluruh sumber belajar dan melalui pengelolaan proses kesemuanya itu (AECT,1972)

Teknologi pendidikan adalah studi dan praktek etis dalam upaya memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan cara menciptakan, menggunakan atau memanfaatkan, dan mengelola proses dan sumber-sumber teknologi yang tepat. Jelas, tujuan utamanya masih tetap untuk memfasilitasi pembelajaran (agar efektif, efisien dan menarik/joyfull) dan meningkatkan kinerja(AECT, 2004)

Sejumlah pengarang berusaha untuk menjelaskan makna teknologi kinerja. Beberapa dari mereka telah menekankannya dalam proses dan metode-metode yaitu: “teknologi kinerja adalah sekumpulan metode dan proses untuk menyelesaikan masalah atau memberdayakan kesempatan yang berhubungan dengan kinerja seseorang. Ini dapat digunakan pada individu, kelompok kecil, atau organisasi besar ( National Society Of Performance And Instruction Citied In Rosenberg, 1990, p.46).

Teknologi Kinerja Manusia atau Human Performance Technology adalah merupakan bidang kajian dan profesi baru dalam bidang teknologi pendidikan. Human performance technology didefinisikan sebagai, “pendekatan rekayasa untuk mencapai hasil yang diharapkan oleh orang dalam suatu organisasi sebagai performer”.

Referensi

Abdullhak, Ishak. 2008. Rancang bangun Teknologi Pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Miarsidi, Ravik, 2000. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Bahan Ceramah di Pondok Assala., Surakarta

Miarso, Yusufhadi.1991. Dalam Buku Akta V-B : Penerapan Teknologi Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka

Miarso, Yusufhadi.2007. Dalam Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group

Salma, Prawiradilaga. 2007. Mozaik Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group

Seels, Barbara B. dan Rita C. Richey.1995. Teknologi Pembelajaran: Definisi dan Kawasannya, (terjemahan Dewi S. Prawiradilaga, dkk). Jakarta: UNJ

http://www.teknologipendidikan.net/human-performance-technology

http://phetroexs.blogspot.com/2009/01/definisi-aect-2004-teknologi-pendidikan.html

http://bbawor.blogspot.com/2008/11/sumber-sumber-yang-mempengaruhi.html

http://www.teknologipendidikan.net/wp-content/uploads/2008/08/ace_pembelajaran.pdf

0 komentar:

Posting Komentar

Template by : kendhin x-template.blogspot.com